Jumat, 16 November 2018

Perbedaan Bored Pile, Strauss Pile & Jack Pile

Adi kontraktor Surabaya membagikan informasi tentang Perbedaan Bored Pile & Strauss Pile. Pondasi setempat umum dipakai di dalam proses pembangunan yang di lakukan oleh kontraktor di Indonesia. Bored Pile & Strauss Pile sering dipakai untuk pondasi pembangunan rumah 2 lantai & bangunan di atas 3 lantai.

Secara prinsip teknis bored pile sama seperti strauss pile. Teknis pembuatan pondasi berupa tiang beton bertulang dengan pengecoran yang dilakukan di lokasi pembangunan. Perbedaannya teknis cara pengeboran saja.

Strauss pile umumnya dilakukan dengan cara manual, menggunakan tenaga manusia yang menggerakkan mata bor dari besi. Bored pile umumnya dilakukan menggunakan mesin bor.
Jika tiang beton, sudah dalam keadaan tercetak (dicor di tempat lain) dan masukkan ke tanah menggunakan mesin bertenaga hidrolik. Teknik ini disebut  Jack Pile.

Berdasarkan cara pengeboran bored pile memang banyak menggunakan mesin. Mesin 1 sebagai genset untuk memutar mata bor. Mesin 2 berfungsi sebagai katrol, untuk menaik turunkan mata bor beserta batangnya. Mesin 3 sebagai pompa air untuk sirkulasi & menyemburkan air ke dalam lubang beserta mata bor (prinsip sama dengan pantekan sumur).

Berikut ini adalah kerugian menggunakan bored pile. Diantaranya jika dibandingkan dengan jack pile (tiang pancang pracetak yg dimasukkan ke dalam tanah dg tenaga hidrolik). Bored pile memerlukan waktu lebih lama. Sebagai perbandingan, waktu yang diperlukan membuat 40 titik bored pile, membutuhkan waktu 3-4 minggu. Sedangkan jack pile dengan jumlah titik yang sama, hanya butuh 1 minggu. Biayanya pun, lebih mahal bored pile. Bored pile pekerjaannya kotor, becek berlumpur. Sedangkan Jack pile cukup bersih.

Ada sisi keunggulan bored pile, alat-alat yg digunakan mampu menjangkau lokasi lahan perumahan dengan jalan relatif tidak lebar. Model pondasi mana yg hendak dipakai, tentu akan dipengaruhi hal diatas & budget pembangunan yang disediakan. Kontrakraktor pembangunan rumah boleh tdk tahu detail kerja alat-alat, namun harus memahami prinsip kerjanya. Sehingga tetap dapat mengorganisasikan pekerjaan di proyek dengan baik.